Selasa, 14 Maret 2017

SEJARAH PANDAWA

Pandawa kata daripada bahasa Sanskerta (Dewanagari: पाण्डव; Pāṇḍava), yang secara harfiah berarti anak Pandu (Dewanagari: पाण्डुIASTPāṇḍu), yaitu salah satu Raja Hastinapura dalam wiracarita Mahabharata. Dengan demikian, maka Pandawa merupakan putra mahkota kerajaan tersebut. Dalam wiracarita Mahabharata, para Pandawa adalah protagonis sedangkan antagonis adalah para Korawa, yaitu putera Dretarastra, saudara ayah mereka (Pandu). Menurut susastra Hindu (Mahabharata), setiap anggota Pandawa merupakan penjelmaan (penitisan) dari Dewa tertentu, dan setiap anggota Pandawa memiliki nama lain tertentu. Misalkan nama "Werkodara" arti harfiahnya adalah "perut serigala". Kelima Pandawa menikah dengan Dropadi yang diperebutkan dalam sebuah sayembara di Kerajaan Panchala, dan memiliki (masing-masing) seorang putera darinya.
Para Pandawa merupakan tokoh penting dalam bagian penting dalam wiracarita Mahabharata, yaitu pertempuran besar di daratan Kurukshetra antara para Pandawa dengan para Korawa serta sekutu-sekutu mereka. Kisah tersebut menjadi kisah penting dalam wiracarita Mahabharata, selain kisah Pandawa dan Korawa main dadu.

Daftar isi

  • Yudistira penitisan dari Dewa Yama, dewa akhirat;
  • Bima penitisan dari Dewa Bayu, dewa angin;
  • Arjuna penitisan dari Dewa Indra, dewa perang;
  • Nakula dan Sadewa penitisan dari dewa kembar Aswin, dewa pengobatan.
  •  

    Yudistira

    Yudistira merupakan saudara para Pandawa yang paling tua. Ia merupakan penjelmaan dari Dewa Yama dan lahir dari Kunti. Sifatnya sangat bijaksana, tidak memiliki musuh, dan hampir tak pernah berdusta seumur hidupnya. Memiliki moral yang sangat tinggi dan suka mema’afkan serta suka mengampuni musuh yang sudah menyerah. Memiliki julukan Dhramasuta (putera Dharma), Ajathasatru (yang tidak memiliki musuh), dan Bhārata (keturunan Maharaja Bharata). Ia menjadi seorang Maharaja dunia setelah perang akbar di Kurukshetra berakhir dan mengadakan upacara Aswamedha demi menyatukan kerajaan-kerajaan India Kuno agar berada di bawah pengaruhnya. Setelah pensiun, ia melakukan perjalanan suci ke gunung Himalaya bersama dengan saudara-saudaranya yang lain sebagai tujuan akhir kehidupan mereka. Setelah menempuh perjalanan panjang, ia mendapatkan surga.

    Bima

    Bima merupakan putra kedua Kunti dengan Pandu. Nama bhimā dalam bahasa Sanskerta memiliki arti "mengerikan". Ia merupakan penjelmaan dari Dewa Bayu sehingga memiliki nama julukan Bayusutha. Bima sangat kuat, lengannya panjang, tubuhnya tinggi, dan berwajah paling sangar di antara saudara-saudaranya. Meskipun demikian, ia memiliki hati yang baik. Pandai memainkan senjata gada. Senjata gadanya bernama Rujakpala dan pandai memasak. Bima juga gemar makan sehingga dijuluki Werkodara. Kemahirannya dalam berperang sangat dibutuhkan oleh para Pandawa agar mereka mampu memperoleh kemenangan dalam pertempuran akbar di Kurukshetra. Ia memiliki seorang putera dari ras rakshasa bernama Gatotkaca, turut serta membantu ayahnya berperang, namun gugur. Akhirnya Bima memenangkan peperangan dan menyerahkan tahta kepada kakaknya, Yudistira. Menjelang akhir hidupnya, ia melakukan perjalanan suci bersama para Pandawa ke gunung Himalaya. Di sana ia meninggal dan mendapatkan surga. Dalam pewayangan Jawa, dua putranya yang lain selain Gatotkaca ialah Antareja dan Antasena.

    Arjuna

    Arjuna merupakan putra bungsu Kunti dengan Pandu. Namanya (dalam bahasa Sanskerta) memiliki arti "yang bersinar", "yang bercahaya". Ia merupakan penjelmaan dari Dewa Indra, Sang Dewa perang. Arjuna memiliki kemahiran dalam ilmu memanah dan dianggap sebagai ksatria terbaik oleh Drona. Kemahirannnya dalam ilmu peperangan menjadikannya sebagai tumpuan para Pandawa agar mampu memperoleh kemenangan saat pertempuran akbar di Kurukshetra. Arjuna memiliki banyak nama panggilan, seperti misalnya Dhananjaya (perebut kekayaan – karena ia berhasil mengumpulkan upeti saat upacara Rajasuya yang diselenggarakan Yudistira); Kirti (yang bermahkota indah – karena ia diberi mahkota indah oleh Dewa Indra saat berada di surga); Partha (putera Kunti – karena ia merupakan putra Perta alias Kunti). Dalam pertempuran di Kurukshetra, ia berhasil memperoleh kemenangan dan Yudistira diangkat menjadi raja. Setelah Yudistira mangkat, ia melakukan perjalanan suci ke gunung Himalaya bersama para Pandawa dan melepaskan segala kehidupan duniawai. Di sana ia meninggal dalam perjalanan dan mencapai surga.

    Nakula

    Nakula merupakan salah satu putera kembar pasangan Madri dan Pandu. Ia merupakan penjelmaan Dewa kembar bernama Aswin, Sang Dewa pengobatan. Saudara kembarnya bernama Sadewa, yang lebih kecil darinya, dan merupakan penjelmaan Dewa Aswin juga. Setelah kedua orangtuanya meninggal, ia bersama adiknya diasuh oleh Kunti, istri Pandu yang lain. Nakula pandai memainkan senjata pedang. Dropadi berkata bahwa Nakula merupakan pria yang paling tampan di dunia dan merupakan seorang ksatria berpedang yang tangguh. Ia giat bekerja dan senang melayani kakak-kakaknya. Dalam masa pengasingan di hutan, Nakula dan tiga Pandawa yang lainnya sempat meninggal karena minum racun, namun ia hidup kembali atas permohonan Yudistira. Dalam penyamaran di Kerajaan Matsya yang dipimpin oleh Raja Wirata, ia berperan sebagai pengasuh kuda. Menjelang akhir hidupnya, ia mengikuti pejalanan suci ke gunung Himalaya bersama kakak-kakaknya. Di sana ia meninggal dalam perjalanan dan arwahnya mencapai surga.

    Sadewa

    Sadewa merupakan salah satu putera kembar pasangan Madri dan Pandu. Ia merupakan penjelmaan Dewa kembar bernama Aswin, Sang Dewa pengobatan. Saudara kembarnya bernama Nakula, yang lebih besar darinya, dan merupakan penjelmaan Dewa Aswin juga. Setelah kedua orangtuanya meninggal, ia bersama kakaknya diasuh oleh Kunti, istri Pandu yang lain. Sadewa adalah orang yang sangat rajin dan bijaksana. Sadewa juga merupakan seseorang yang ahli dalam ilmu astronomi. Yudistira pernah berkata bahwa Sadewa merupakan pria yang bijaksana, setara dengan Brihaspati, guru para Dewa. Ia giat bekerja dan senang melayani kakak-kakaknya. Dalam penyamaran di Kerajaan Matsya yang dipimpin oleh Raja Wirata, ia berperan sebagai pengembala sapi. Menjelang akhir hidupnya, ia mengikuti pejalanan suci ke gunung Himalaya bersama kakak-kakaknya. Di sana ia meninggal dalam perjalanan dan arwahnya mencapai surga.

    Riwayat singkat

    Para Pandawa Lima menurut tradisi pewayangan Jawa. Dari Kiri ke kanan: Werkodara, Arjuna, Yudistira, Nakula dan Sadewa.

    Masa kanak-kanak

    Pandawa lima yang terdiri atas Yudistira, Arjuna, Bima, Nakula dan Sadewa, memiliki saudara yang bernama Duryodana dan 99 adiknya yang merupakan anak dari Dretarasta, saudaranya Prabu Pandudewanata yang tak lain adalah ayah dari Pandawa. Mereka semua (Pandawa lima dan sepupu-sepupunya atau yang dikenal juga sebagai Korawa) tinggal bersama dalam suatu kerajaan yang beribukota di Hastinapura. Suatu hari Duryodana berpikir ia bersama adiknya mustahil untuk dapat meneruskan tahta dinasti Kuru apabila sepupunya masih ada. Akhirnya berbagai niat jahat muncul dalam benaknya untuk menyingkirkan para Pandawa beserta ibunya.

    Usaha pertama untuk menyingkirkan Pandawa

    Dretarastra yang menggantikan tahta kerajaan yang sebelumnya dipimpin oleh Prabu Pandudewanata menyerahkan kembali tahta kerajaan Astina kepada putra sulung Prabu Pandu Yudistira sebagai putra mahkota tetapi ia langsung menyesali perbuatannya yang terlalu terburu-buru sehingga ia tidak memikirkan perasaan anaknya. Hal ini menyebabkan Duryodana iri hati dengan Arjuna, ia mencoba untuk membunuh para Pandawa beserta ibu mereka yang bernama Kunti. Rencana tersebut dipelopori oleh Pamannya Harya Suman / Sengkuni dengan mengajak tukang kayu kerajaan untuk membuat tempat pesta dari bahan yang mudah terbakar. Pada saat pesta, Kunthi dan para Pandawa Lima disuruh minum air yang sudah dimasuki obat tidur, dan dibakarlah lokasi pesta tersebut. Segala sesuatunya yang sudah direncanakan Duryodana dibocorkan oleh Widura yang merupakan paman dari Pandawa. Sebelum itu juga Bima juga telah diingatkan oleh seorang petapa yang datang ke dirinya bahwa akan ada bencana yang menimpannya oleh karena itu Bima pun sudah berwaspada terhadap segala kemungkinan. Untuk pertama kalinya Bima membawa ibunya Kunthi dan keempat saudaranya lolos dalam perangkap Duryodana dan melarikan diri ke hutan rimba.

    Para Pandawa mendapatkan Dropadi

    Ilustrasi sayembara memperebutkan Dropadi di Kerajaan Panchala.
    Pandawa lima yang melarikan diri ke rimba mengetahui akan diadakan sayembara di Kerajaan Panchala dengan syarat, barang siapa yang dapat membidik sasaran dengan tepat boleh menikahkan putri Raja Panchala (Drupada) yang bernama Panchali atau Dropadi. Arjuna pun mengikuti sayembara itu dan berhasil memenangkannya, tetapi Bima dan Arjuna yang berkata kepada ibunya ketika ibunya tengah memasak, "Ibu, kami membawa sedekah yang terbaik!" Kunti, menjawab tanpa melihat, "Bagilah sama rata kepada saudaramu, Nak." Karena perkataan ibunya. Pancali pun bersuamikan lima orang.

    Permainan dadu dan pengasingan

    Dropadi dihina dimuka umum.
    Adegan Dropadi ditelanjangi oleh Dursasana.
    Setelah Pandawa mendapatkan Dropadi, Pandawa kembali ke Hastinapura. Agar tidak terjadi pertempuran sengit, Kerajaan Kuru dibagi dua untuk dibagi kepada Pandawa dan Korawa. Korawa memerintah Kerajaan Kuru induk (pusat) dengan ibukota Hastinapura, sementara Pandawa memerintah Kerajaan Kurujanggala dengan ibukota Indraprastha. Baik Hastinapura maupun Indraprastha memiliki istana megah, dan di sanalah Duryodana tercebur ke dalam kolam yang ia kira sebagai lantai, sehingga dirinya menjadi bahan ejekan bagi Dropadi. Hal tersebut membuatnya bertambah marah kepada para Pandawa.
    Untuk merebut kekayaan dan kerajaan Yudistira, Duryodana mengundang Yudistira untuk main dadu ini atas ide Sangkuni, hal ini dilakukan sebenarnya untuk menipu Pandawa mengundang Yudistira untuk main dadu dengan taruhan. Yudistira yang gemar main dadu tidak menolak undangan tersebut dan bersedia datang ke Hastinapura.
    Pada saat permainan dadu, Duryodana diwakili oleh Sangkuni sebagai bandar dadu yang memiliki kesaktian untuk berbuat curang. Permulaan permainan taruhan senjata perang, taruhan pemainan terus meningkat menjadi taruhan harta kerajaan, selanjutnya prajurit dipertaruhkan, dan sampai pada puncak permainan Kerajaan menjadi taruhan, Pandawa kalah habislah semua harta dan kerajaan Pandawa termasuk saudara juga dipertaruhkan dan yang terakhir istrinya Dropadi dijadikan taruhan.
    Dalam peristiwa tersebut, karena Dropadi sudah menjadi milik Duryodana, pakaian Dropadi ditarik oleh Dursasana karena sudah menjadi harta Duryodana sejak Yudistira kalah main dadu, namun usaha tersebut tidak berhasil membuka pakaian Dropadi, karena setiap pakaian dibuka dibawah pakaian ada pakaian lagi begitu terus tak habisnya berkat pertolongan gaib dari Sri Kresna.
    Karena istrinya dihina, Bima bersumpah akan membunuh Dursasana dan meminum darahnya kelak. Setelah mengucapkan sumpah tersebut, Dretarastra merasa bahwa malapetaka akan menimpa keturunannya, maka ia mengembalikan segala harta Yudistira yang dijadikan taruhan.
    Duryodana yang merasa kecewa karena Dretarastra telah mengembalikan semua harta yang sebenarnya akan menjadi miliknya, menyelenggarakan permainan dadu untuk yang kedua kalinya. Kali ini, siapa yang kalah harus mengasingkan diri ke hutan selama 12 tahun, setelah itu hidup dalam masa penyamaran selama setahun, dan setelah itu berhak kembali lagi ke kerajaannya. Untuk yang kedua kalinya, Yudistira mengikuti permainan tersebut dan sekali lagi ia kalah. Karena kekalahan tersebut, Pandawa terpaksa meninggalkan kerajaan mereka selama 12 tahun dan hidup dalam masa penyamaran selama setahun.
    Setelah meninggalkan kerajaan selama 12 tahun, Pandawa pun pergi ke Kerajaan Wirata selama setahun untuk penyamaran. Disana Yudistira menyamar sebagai penasihat raja, Bima sebagai juru masak istana, Arjuna sebagai penari, Nakula sebagai pengembala kuda, Sadewa sebagai pengembala sapi, dan Dropadi sebagai pelayan. Setelah masa pengasingan habis dan sesuai dengan perjanjian yang sah, Pandawa berhak untuk mengambil alih kembali kerajaan yang dipimpin Duryodana. Namun Duryodana bersifat jahat. Ia tidak mau menyerahkan kerajaan kepada Pandawa, walau seluas ujung jarum pun. Hal itu membuat kesabaran Pandawa habis. Misi damai dilakukan oleh Sri Kresna, namun berkali-kali gagal. Akhirnya, pertempuran tidak dapat dielakkan lagi.

puisi paskibra

SATU UNTUK INDONESIA

Lihatlah mereka
Meski suara meriam mendesingkan telinga
Panasnya peluru menembus kulit hingga daging
Darah mengalir deras membasahi sekujur tubuh
Putihnya tulang tak akan mengentikan langkah mereka
Langkah yang menghantarkan Indonesia merdeka

Setiap derap langkahnya mengandung satu cita
Tetesan keringat dan darahnya mengandung satu cinta
Mempertahankan setiap jengkal bumi pertiwi
Dari setiap serangan penjajah dan pengacau negeri

Lihatlah kami
Tak kami hiraukan hardik pelatih yang mendesing
Panasnya matahari yang membakar kulit hingga legam
Keringat kuning dan bau membasahi sekujur tubuh
Langkah kami terus mengayun tegap tanpa ragu
Meneruskan langkah mereka yang telah tiada

Setiap derap langkah kami bukan tak bermakna
Tetesan keringat kami bukan tak berarti
Tapi menjadi tak berarti bila kami gagal pada hari ini
Gagal mengibarkan merah putih di negeri ini

Kami bukan siapa-siapa
Tapi mereka adalah bunga bangsa
Kami hanya pasukan pengibar bendera
Sebatas penerus cita an cinta mereka
Hari ini akan kami buktikan cita dan cinta kami
Satu untuk Indonesia

 
Sayangku Merah
Cintaku Putih


Kasih Sayang Melambangkan Segalanya. .
Cinta menerangi setiap jalan yang dilaluinya . .
Derap langkah Mengiringi jalannya. .
Tiang kebanggaan Menjadi patokannya. .


Nyanyian Suci menggema diudara. .
Kini waktu berkibar tlah tiba. .
Berkibar luas di Angkasa. .
Terbentang perkasa di udara. .


Indonesia, Negara yang kupuja. .
Merah, Beraniku. .
Putih, Suciku. .
Merah Putih, Saksi perjuangan Q
 
PUISI VARIASI DAN FORMASI


  Ditengah terik sang mentari
     Sebuah jiwa yang penuh dengan ambisi
     Mengejar harapan yang belum pasti
     Demi terpenuhinya keinginan hati

Mereka berlari tak kenal lelah Walau harus bersusah payah Tapi ini belumlah sudah Tantangan yang besar menanti disana
     Dibawah kibaran sang merah putih
     Dibawah bimbingan para pelatih
     Mereka tak gentar walau dipukul seribu kali
     Karena merekalah Paskibra sejati.


 

panduan paskibra sekolah

Materi 4

BAB IV
SEJARAH BENDERA MERAH PUTIH
   A.     Pengertian Bendera Merah putih
Bendera nasional Indonesia adalah sebuah bendera simpel dengan dua warna yang dibagi menjadi dua bagian secara horizontal. Warnanya diambil dari warna Kerajaan Majapahit. Bendera yang dinamakan Sang Saka - atau lebih seringnya Merah Putih - ini pertama kali digunakan oleh para pelajar dan nasionalis-nasionalis pada awal abad ke-20 di bawah kekuasaan Belanda. Setelah Perang Dunia II berakhir, Indonesia merdeka dan mulai menggunakan bendera ini sebagai bendera resmi.

Kemiripan dengan Bendera Negara Lain

Bendera ini mirip dengan bendera negara Bendera Monako dan Solothum yang mempunyai warna sama namun rasio yang berbeda, selain itu bendera ini juga mirip dengan Bendera Polandia yang mempunyai warna yang sama namun warnanya terbalik. ( www.wikipedia.com )

A.      Fungsi dan Kedudukan Bendera
  1. Merupakan identitas dan jati diri bangsa
  2. Merupakan kedaulatan bangsa
  3. Merupakan lambang tertinggi Bangsa
B.     Peraturan Bendera Merah Putih
PUU No. 4 th. 1950 tentang bendera kebangsaan Indonesia. Hal – hal yang penting terdapat dalam peraturan pemerintah tentang Pusaka.
  1. Bendera Pusaka adalah bendera kebangsaan yang di kibarkan pada Upacara Proklamasi kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945.
  2. Duplikat Bendera Pusaka hanya dapat di kibarkan pada tanggal 17 Agustus.
  3. Pada waktu penaikan / penurunan semua yang hadir berdiri tegak.
  4. Pada saat akan dikibarkan / diturunkan bendera tidak boleh menyentuh tanah atau air.
  5. Bendera kebangsaan tidak boleh di tempel lencana cukup dengan dua warna saja.
C.     Perlakuan Terhadap Bendera Merah Putih Yang Rusak / Tidak Di Pakai
  1. Di pisahkan antara kain merah dan putih
  2. Bendera  Yang sudah rusak hendaklah dimusnahkan / di bakar dengan cara yang benar dengan membakar bendera tersebut secara tertutup tanpa menunjukkan rasa tidak hormat kepada bendera tersebut
  3. Disimpan pada tempat yang aman
  4. Bendera tidak seharusnya digunakan untuk mengalas meja atau menutup sesuatu kecuali digunakan dalam upacara Pemakaman Kenegaraan.
E.     Ukuran Bendera Merah Putih
Menurut PP yang menentukan bendera Indonesia yaitu PERPU No. 40 th 1950 ukuran bendera di tentukan :
  1. Ukuran Maximal 300 cm x 200 cm
  2. Ukuran Minimal 30 cm x 20 cm
F.      Penempatan Posisi Bendera Merah Putih
  1. Kapal Perang
Letaknya di bagian belakang agar tidak di kenali musuh dan tidak mudah rusak kena angin atau air.
     2.   Mobil Kedutaan Besar dan Mobil Pejabat Penting
Letaknya di depan sebelah kanan.
     www.panduanmateripaskibrasekolah.blogspot.com 
3.   Organisasi Dunia PBB
      Letaknya sesuai abjad
  1. Organisasi – organisasi
Letak bendera Merah Putih di sebelah kanan bendera organisasi

PERATURAN BARIS BERBARIS (PBB)


SEJARAH
Berbaris pertama kali dikenal  pada jaman Kekaisaran Romawi pada saat Kaisarnya Julius Caesar, dengan maksud agar pasukan yang berada dibawah kekuasaannya mempunyai rasa tanggungjawab, disiplin yang tinggi dengan melihat hasil lahir, yaitu Kerapihan, kekompakan, Ketertiban dan Kesigapan.
Pasukan Julius Caesar sangatlah terkenal pada jamannya (baca sejarah romawi)

PENGERTIAN
Baris berbaris adalah suatu wujud latihan fisik guna menanamkan disiplin, patriotisme, tanggung jawab serta membentuk sikap lahir dan bathin yang diarahkan pada terbentuknya suatu perwatakan tertentu.
Sikap lahir yang diperoleh

Sikap lahir yang diperoleh :
Sikap bathin yang diperoleh :
v  Ketegaran
v  Ketangkasan
v  Kelincahan
v  Kerapihan
v  Ketertiban
v  Kehidmatan
v  Kekompakan
v  Keseragaman
v  Kesigapan
v  Keindahan
v  Ketanggapan
v  Kewajaran tenaga
v  Kesopanan
v  Ketelitian
v  Ketenangan
v  Ketaatan
v  Keikhlasan
v  Kesetiakawanan
v  Kebersamaan
v  Persaudaraan
v  Keyakinan
v  Keberanian
v  Kekuatan
v  Kesadaran
v  Konsentrasi
v  Kebiasaan
v  Berani berkorban
v  Persatuan


INGAT !!! Pelatihan Inti PBB
1.       Sikap dan Penampilan
2.       Hentakan Kaki
3.       Patah – patah
4.       Rata – rata Air
5.       Irama Langkah
6.       Kewajaran Tenaga
7.       Konsentrasi

A.    Maksud Dan Tujuan

Maksud dari PBB dibagi dua yaitu :
1)      Maksud Umum adalah suatu latihan awal membela negara dan dapat membedakan hak dan kewajiban
2)       Maksud Khusus adalah menanamkan rasa disiplin, mempertebal rasa semangat kebersamaan  

Tujuan dari PBB adalah :
menumbuhkan sikap jasmani yang tegap dan tangkas, rasa persatuan, disiplin sehingga dengan demikian senantiasa dapat mengutamakan kepentingan tugas diatas kepentingan individu, dan secara tak langsung juga menanamkan rasa tanggung jawab. Menumbuhkan adalah mengarahkan pertumbuhan tubuh yang diperlukan untuk tugas pokok tersebut sampai dengan sempurna. Rasa persatuan adalah rasa senasib sepenanggungan serta adanya ikatan batin yang sangat diperlukan dalam menjalankan tugas.
Disiplin adalah mengutamakan kepentingan tugas diatas kepentingan individu yang hakikatnya tidak lain dari pada keihklasan, penyisihan/menyisihkan pilihan hati sendiri.
B.     Aba - aba

  1. Pengertian
Suatu perintah yang di berikan oleh seorang Komandan kepada pasukannya, untuk di laksanakan secara serentak atau berturut-turut.

  1. Macam aba-aba
    1. Aba-aba petunjuk
      Di gunakan bila perlu untuk menegaskan maksud dari aba-aba peringatan / pelaksanaan.
    1. Aba-aba peringatan
            Inti perintah yang cukup jelas untuk dilaksanakan tanpa rugu-ragu.
    1. Aba-aba pelaksanaan
1)      Ketegasan mengenai saat untuk melaksanakan aba-aba petunjuk / peringatan dengan serentak atau berturut-turut.
2)      Aba-aba pelaksanaan yang di pakai :
a)      GERAK
      Untuk gerak-gerakan tanpa meninggalkan tempat menggunakan kaki atau anggota tubuh lain baik dalam berhenti maupun berjalan.
b)      JALAN
Untuk gerakan-gerakan kaki yang dilakukan dengan meninggalkan tempat.
Catatan  : Bila gerakan meninggalkan tempat itu tidak terbatas jaraknya, maka di dahului dengan aba-aba peringatan ” maju ”.
c)      MULAI
      Untuk pelaksanaan perintah yang harus di kerjakan berturut-turut.


C.    Gerakan Perorangan Tanpa Senjata / Gerakan Dasar

a)    Sikap Sempurna
1.      Aba –aba   : ” Siap – GERAK ”
2.      Pelaksanaan :
a.       Badan / tubuh berdiri tegap, kedua tumit rapat, kedua kaki merupakan sudut 60o
b.      Lutut lurus, paha rapat, berat badan di kedua kaki.
c.                    Perut di tari sedikit, dada di busungkan, pundak di tarik ke belakang dan tidak
dinaikan.
d.                   Lengan rapat pada badan, pergelangan tangan lurus, jari tangan menggenggam tidak
 terpaksa, rapat di paha.
e.       Ibu jari segaris dengan jahitan celana.
f.       Leher lurus, dagu di tarik, mulut di tutup, gigi rapat, mata lurus ke depan,bernafas wajar.

b)                            Istirahat
1.      Aba-aba  : ” Istirahat Ditempat – GERAK ”
2.      Pelaksanaan
a.       Kaki kiri di pindahkan kesamping kiri, sepanjang telapak kaki ( ± 30 cm ).
b.      Kedua belah lengan dibawa ke belakang di bawah pinggang, punggung tangan kanan di atas telapak tangan kiri, tangan kanan di kepalkan dengan di lepaskan, tangan kiri memegang pergelangan tangan kanan di antara ibu jari dan telunjuk serta kedua lengangan di lemaskan.
c.       Dapat bergerak.

c)      Lencang Kanan / Kiri
1.      Hanya dalam bentuk bersaf.
2.      aba-aba  : ” Lencang kana / kiri – GERAK ”
3.      Pelaksanaan
a)      Mengangkat tangan kanan / kiri ke samping, jari-jari tangan kanan / kiri menggenggam, punggung tangan menghadap ke atas.
b)      Bersamaan dengan ini kepala di palingkan ke kanan / kiri, kecuali penjuru kana / kiri.
c)      Masing-masing meluruskan diri, hingga dapat melihat dada orang di sebelah kanan / kiri-nya.
d)     Jari-jari menyentuh bahu orang yang di sebelah kanan / kirinya.
            Catatan    :
1)      Bila bersaf tiga, saf tengah belakang, kecuali penjuru, setelah meluruskan ke depan, ikut pula memalingkan muka ke samping dengan tidak mengangkat tangan.
2)      Penjuru saf tengah dan belakang, mengambil antara kedepan setelah lurus menurunkan tangan.
3)      Pada aba-aba  : ” Tegak GERAK ”, semua dengan serentak menurunkan lengan dan memalingkan muka kembali ke depan.

d)     Setengah Lencang Kanan / Kiri
1.      Aba-aba  : ” Setengah Lengan Lencang Kanan – GERAK ”
2.      Pelaksanaan
a.       Seperti pelaksanaan lencang kanan, tetapi tangan kanan / kiri di pinggang ( bertolak pinggang ) dengan siku menyentuh lengan orang yang berdiri di sebelahnya.
b.      Pergelangan tangan lurus, ibu jari di sebelah belakang dan empat jari lainnya rapat satu sama lain di sebelah depan.
c.       Pada aba-aba ” Tegak Gerak ” = Seperti pada aba-aba lencang kanan.

e)      Lencang Depan
1.      Hanya dalam bentuk banjar.
2.      Aba-aba  : ” Lencang Depan - GERAK ”
3.      Pelaksanaan :
a.       Penjuru tetap sikap sempurna.
b.      Nomor dua dan seterusnya meluruskan ke depan dengan mengangkat tangan ke depan.
c.       Lengan kanan lurus, tangan menggenggam, punggung tangan menghadap ke atas, mengambil jarak atau satu lengan dan di tambah dua kepal.
d.      Pada aba-aba ”Tegak Gerak ”, semua dengan serentak menurunkan tangan kembali ke sikap sempurna.

f)                   Berhitung
1.   Aba-aba  : ”Hitung - MULAI ”
2.   Pelaksanaan :
a.       Jika bersaf,penjuru tetap melihat ke depan, saf depan memalingkan muka ke kanan.
b.      Pada aba-aba pelaksanaan, berturut-turut mulai dari penjuru menyebut nomor, sambil memalingkan muka ke depan.
c.       Jika berbanjar, semua dalam keadaan sikap sempurna.
d.      Pada aba-aba pelaksanaan, mulai penjuru kanan depan berturut-turut ke belakang.
e.       Penyebutan nomor di ucapkan penuh.

g)      Perubahan Arah
1.   Hadap kanan / kiri
a.   Aba-aba  : ” Hadap kanan / kiri - GERAK ”
b.   Pelaksanaan :
1)      Kaki kanan / kiri melintang di depan kaki kanan / kiri, lekuk kaki kanan / kiri berada di ujung kaki kanan / kiri, berat badan berpindah ke kaki kanan / kiri.
2)      Tumit kaki kanan / kiri dengan badan di putar ke kanan 90o.
3)      Kaki kanan / kiri di rapatkan kembali seperti sikap sempurna.



2.   Hadap serong kanan / kiri
a.   Aba-aba  : ” Hadap serong kanan / kiri - GERAK ”.
b.   Pelaksanaan :
1)      Kaki kanan / kiri di ajukan ke depan, sejajar dengan kaki kanan / kiri.
2)      Berputar arah 45o ke kanan / kiri.
3)      Kaki kanan / kiri di rapatkan kembali ke kaki kanan / kiri.

3.   Balik kanan
a.   Aba-aba  : ” Balik kanan - GERAK ”
b.   Pelaksanaan :
1)      Kaki kiri di ajukan melintang ( lebih dalam dari hadap kanan ) di depan kaki kanan.
2)      Tumit kaki kanan beserta badan di putar ke kanan 180o.
3)      Kaki kiri di rapatkan pada kaki kanan.

h)      Membuka / Menutup Barisan
1.   Buka barisan
a.   Aba –aba  : ” Buka Barisan - JALAN ”
b.   Pelaksanaan :
Regu kanan dan kiri, masing-masing kembali membuat satu langkah ke samping kanan / kiri, sedangkan regu tengah tetap.

i)        Bubar
1.   Aba-aba  : ” Bubar jalan ”
2.   Pelaksanaan :
a.       Memalingkan muka ke arah komandan dan memberi hormat  ( sesuai PPM )
b.      Setelah di balas, kembali bersikap sempurna, balik kanan,menghitung dua hitungan dalam hati, mengayuhkan kaki kiri ke depan dengan hentakan bersamaan dengan itu lengan kanan di ayun setinggi pundak kemudian bubar.

j)        Berhimpun
1.   Aba-aba  : ” Berkumpul - MULAI ”
2.   Pelaksanaan :
a.       Semua anggota datang di depan Komandan dengan berdiri bebas,dengan jarak tiga langkah
b.      Bentuk mengikat, jumlah saf tidak mengikat.

k)      Berkumpul
1.                   Berkumpul bersaf
a.       Aba-aba  : ” Bersaf kumpul - MULAI ”
b.      Pelaksanan :
1)      Pelatih menunjuk seorang anggota sebagai penjuru,untuk berdiri kurang lebih 4 langkah di depannya.
2)      Anggota lainnya berdiri di samping kiri penjuru dan berturut-turut meluruskan diri  ( lencang kanan )
3)      Penjuru melihat ke kiri, setelah lurus,memberi isyarat dengan perkataan ” Lurus ”
4)      Pada isyarat ini semua anggota menurunkan tangan dan kembali bersikap sempurna
5)      Bila bersenjata, sebelum meluruskan, letakan senjata di pundak kiri terlebih dahulu.

2.   Berkumpul Berbanjar
a.   Aba- aba  : ” Berbanjar kumpul MULAI ”
b.   Pelaksanaan :
1)      Pelatih menunjuk seorang anggota sebagai penjuru, untuk berdiri kurang lebih 4 langkah di depannya.
2)      Anggota lainya berdiri di belakang penjuru dan berturut-turut meluruskan diri.
3)      Anggota yang paling belakang, melihat ke depan setelah lurus memberi isyarat dengan perkataan ” Lurus ”
4)      Pada isyarat ini semua anggota menurunkan lengannya dan kembali ke sikap sempurna.
5)      Bila bersenjata sebelum meluruskan, letakan senjata di pundak kiri terlebih dahulu.

l)        Meninggalkan Barisan
1.   Bila pelatih memberikan perintah kepada anggota dalam barisan
a)      Terlebih dahulu anggota tersebut di panggil keluar dari barisan
b)      Perintah di berikan bila anggota telah berdiri dalam sikap sempurna.
c)      Yang menerima perintah harus mengulangi perintah tersebut.
2.   Bila anggota yang akan minta izin
a)      Mengambil sikap sempurna dahulu
b)      Mengangkat tangan kirinya ke atas ( tangan di buka jari-jari dirapatkan )
c)      Menyampaikan maksudnya.
d)     Setelah mendapat izin, ia keluar dari barisan tanpa menunggu anggota lainnya.

E.     Gerakan Berjalan Tanpa Senjata

a.  Panjang, Tempo Dan Macam Langkah

1.    Langkah dapat di bedakan sbb :

Macam Langkah                                     Panjang                                  Tempo
a. Langkah biasa                                       70 cm                                        96 menit
b. Langkah tegap                                      70 cm                                        96 menit
c. Langkah perlahan                                  40 cm                                        30 menit
d. Langkah ke samping                             40 cm                                        70 menit
e. Langkah ke belakang                            40 cm                                        70 menit
f.  Langkah ke depan                                60 cm                                        70 menit
g. Langkah di waktu lari                           80 cm                                      165 menit

2.   Panjang langkah di ukur dari tumit ke tumit


b.  Maju Jalan

1.   Dari sikap sempurna
a.   Aba-aba  : ” Maju Jalan ”
b.  Pelakasanaan :
1)      Kaki kiri di ayun ke depan, lutut lurus telapak kaki diangkat sejajar dengan tanah setinggi 15 cm kemudian di hentakan ke tanah dengan jarak setengah langkah, selanjutnya berjalan dengan langkah biasa.
2)      Langkah pertama di lakukan dengan melenggangkan lengan kanan ke depan 90o lengan kiri 30o
3)      Langkah-langkah selanjutnya lengan atas dan bawah di lenggangkan ke depan 45o dan ke belakang 300
4)      Dilarang keras berbicara, melihat ke kanan / kiri.

c.   Langkah Biasa
1)      Pada waktu berjalan kepala dan badan seperti sikap sempurna.
2)      Waktu mengayunkan kaki ke depan, lutut di bengkokan sedikit ( kaki tidak di seret ).
3)      Di letakan sesuai dengan jarak yang di tentukan.
4)      Langkah kaki seperti jalan biasa.
5)      Pertama tumit di letakan di tanah selanjutnya seluruh kaki.
6)      Lengan berlenggang wajar, lurus ke depan dan belakang.
7)      Jari-jari tangan menggenggam dengan tidak terpaksa, punggung ibu jari menghadap ke atas.



d.   Langkah Tegap

1.  Dari sikap sempurna
a.  Aba-aba  : ” Langkah Tegap Maju JALAN ”
b.  Pelaksanaan :
1)      Mulai berjalan dengan kaki kiri setengah langkah,selanjutnya seperti jalan biasa dengan cara kaki di hentakan terus menerus.
2)      Telapak kaki rapat / sejajar dengan tanah, lutut lurus, kaki tidak boleh dianggat tinggi.
3)      Bersamaan dengan langkah pertama, genggaman tangan di buka, hingga jari-jari lurus dan rapat.
4)      Lenggang tangan ke depan 900, ke belakang 300.
     
2.   Dari Langkah Biasa
a.   Aba-aba  : ” Langkah Tegap JALAN ”
b.   Pelaksanaan :
ü  Di berikan pada waktu kaki kiri jatuh di tanah di tambah satu langkah
ü  Perubahan tangan dari menggenggam ke terbuka di lakukan bersamaan dengan hentakan kaki.

       3.  Kembali ke langkah biasa
a.   Aba-aba  : ” Langkah Biasa JALAN ”
b.  Pelaksanaan :
ü  Di berikan pada waktu kaki kiri / kanan jatuh di tanah di tambah satu langkah.
ü  Langkah pertama di hentakan,bersamaan dengan itu tangan kembali menggenggam.
Catatan   : Dalam keadaan berjalan, cukup menggunakan aba-aba peringatan  :  Langkah tegap / biasa jalan pada perubahan langkah.

e.   Langkah Perlahan

1.   Untuk berkabung ( mengantar jenazah ) dalam upacara kemiliteran.
a.   Aba-aba  : ” Langkah perlahan maju JALAN ”
b.   Pelaksanaan :
1)      Kaki kiri di langkahkan ke depan, setelah kaki kiri menapak tanah di susul dengan kaki kanan di tarik ke depan dan di tahan sebentar di sebelah mata kaki kiri, kemudian di lanjutkan di tapakan di depan kaki kiri.
2)      Tapak kaki pada saat melangkah ( menginjak tanah ) tidak di hentikan.


2.   Berhenti dari langkah perlahan
a.  Aba-aba  : ” Henti GERAK ”
b.  Pelaksanaan :
Diberikan pada waktu kaki kanan / kiri jatuh di tanah di tambah satu langkah.
Selanjutnya kaki kanan / kiri di rapatkan pada kaki kanan / kiri menurut irama langkah biasa dan kembali sikap sempurna.

f.   Langkah Kesamping / Kebelakang / Depan

1.    Aba-aba..........Langkah ke samping/Kebelakang/Kedepan – JALAN
2.    Pelaksanaan :
ü  Kaki kanan / kiri di langkahkan ke samping / kekanan / kedepan  sepanjang / sesuai ketentuan.
ü  Selanjutnya kaki kiri / kanan di rapatkan pada kaki kanan / kiri.
ü  Badan tetap pada sikap sempurna, tangan tidak melenggang.
ü  Hanya boleh dilakukan sebanyak – banyaknya 4 langkah.
ü  Khusus untuk langkah ke depan, gerakan dilakukan dengan langkah tegap.



g.   Langkah di Waktu Lari

1.   Dari sikap sempurna :
a.   Aba-aba : ” Langkah Maju-JALAN ”
b.   Pelaksanaan :
1)      Pada aba-aba peringatan, kedua tangan di kepalkan dengan lemas di letakan di pinggang sebelah depan dengan punggung tangan menghadap ke luar, kedua siku sedikit ke belakang.
2)      Pada aba-aba pelaksanaan, di mulai lari dengan menghentakan kaki setengah langkah dan selanjutnya lari menurut panjang langkah.

2.   Dari Langkah Biasa :
a.   Aba-aba  : ” Lari – JALAN ”
b.   Pelaksanaan :
1)      Pada aba-aba peringatan, sama dengan di atas.
2)      Pada aba-aba pelaksanaan, di berikan pada kaki kanan / kiri jatuh di     tanah di tambah satu langkah.

3.   Kembali ke langkah Biasa :
a.   Aba-aba  : ” Langkah biasa – JALAN ”
b.   Pelaksanaan :
Di berikan pada waktu kaki kiri jatuh di tanah di tambah tiga lankah kemudian berjalan biasa, di mulai dengan kaki kiri di hentakan, bersamaan dengan itu kedua lengan di lenggangakan.

4.      Berhenti dari berlari
a.       Aba-aba  : ” Henti – GERAK ”
b.      Pelaksanaan :
Di berikan pada waktu kaki kanan / kiri jatuh di tanah di tambah tiga Langkah, selanjutnya kaki di rapatkan, kedua di turunkan, kembali bersikap sempurna.

h.  Ganti Langkah

1.      Aba-aba : ” Ganti Langkah JALAN ”
2.      Pelaksanaan :
a)      Gerakan dapat di lakukan pada waktu langkah biasa / tegap.
b)     Di berikan pada waktu kaki kanan / kiri jatuh di tanah di tambah satu langkah.
c)      Ujung kaki  kanan / kiri yang sedang di belakang di rapatkan dengan tumit kaki sebelahnya.
d)     Bersamaan dengan itu lenggang tangan di hentikan tanpa di rapatkan di paha.
e)      Selanjutnya di sesuaikan dengan langkah baru.
f)      Gerakan ini di lakukan dalam satu hitungan.

i.  Jalan di Tempat

1.    Dari sikap sempurna :
a.       Aba-aba : ” Jalan ditempat – GERAK ”
b.      Pelaksanaan :
ü  Di mulai dengan kaki kiri, lutut berganti – ganti diangkat hingga paha rata-rata.
ü  Ujung kaki menuju ke bawah, tempo langkah sesuai langkah biasa.
ü  Badan tegak, pandangan lurus ke depan dan lengan di rapatkan pada badan        ( tidak melenggang )

       2.    Dari Langkah Biasa :
a.                   Aba-aba : ” Jalan di tempat – Gerak ”
b.                  Pelaksanaan :
  Diberikan pada waktu kaki kanan / kiri jatuh di tanah, di tambah satu langkah kemudian jalan di tempat.



3.      Dari Jalan di Tempat ke Langkah Biasa :
a.    Aba-aba ; ” Maju – JALAN ”
b.    Pelaksanaan :
  Di berikan pada waktu kaki kiri jatuh di tanah, di tambah satu langkah dan mulai berjalan dengan menghentakan kaki kiri setengah langkah ke depan.

  4.     Dari Jalan di Tempat ke Berhenti :
a.          Aba-aba : ” Henti – GERAK ”
b.         Pelaksanaan :
  Di berikan pada waktu kaki kanan / kiri jatuh di tanah di tambah satu langkah, selanjutnya kaki kanan / kiri di rapatkan.

J.  Berhenti
a.          Aba-aba : ” Henti GERAK ”
b.          Pelaksanaan :
            Diberikan pada waktu kaki kanan / kiri jatuh ditanah di tambah satu langkah, selanjutnya kaki kanan / kiri dirapatkan.

      k.  Hormat Kanan / Kiri
       1.      Gerakan Hormat kanan / kiri
a.         Aba-aba hormat kanan kiri – GERAK ”
b.         Pelaksanaan :
1)      Gerakan dilakukan pada waktu langkah tegap.
2)      Di berikan pada waktu kaki kanan jatuh di tanah di tambah satu langkah
3)      langkah berikutnya di hentakan.
4)      Bersamaan dengan itu tangan kanan diangkat ke arah pelipis ( PPM ) kepala di palingkan dan pandangan mata di arahkan kepada yang di beri hormat sampai 450 hingga ada aba-aba ”Tegak gerak ”
5)      Penjuru kanan / kiri tetap melihat kedepan untuk memelihara arah.
6)      Lengan kiri tidak melenggang, rapat pada badan, pada waktu menyampaikan penghormatan.

          2.    Gerakan Selesai Menghormat :
a.                   Aba-aba : ” Tegak -  GERAK ”
b.                  Pelaksanaan :        
Diberikan pada waktu kaki kanan jatuh di tanah, ditambah satu langkah, langkah berikutnya di hentakan.
Bersamaan dengan itu lengan kanan maupun kiri kembali melenggang, pandangan kembali kedepan.

l.  Perubahan Arah Dari Berhenti ke Berjalan

1.  Ke Hadap Kanan / Kiri Maju Jalan :
a.     Aba-aba : ” Hadap Kanan / Kiri ” Maju - JALAN ”
b.    Pelaksanaan :
1)      Membuat gerakan hadap kanan / kiri.
2)      Pada hitungan ke tiga kaki kanan / kiri tidak dirapatkan tetapi dilangkahkan seperti gerakan maju jalan.

         2.   Ke Hadap Serong Kanan / Kiri Maju Jalan
a.        aba-aba : ” Hadap Serong kanan / kiri – JALAN ”
b.       Pelaksanaan :
1.              Membuat gerakan hadap serong kanan / kiri
2.              Gerakan selanjutnya sama sepetri diatas

   3.   Balik Kanan Maju Jalan
a.           Aba-aba : ” Balik Kanan maju – JALAN ”
b.          Pelaksanaan :
1.          Membuat gerakan balik Kanan
2.          Gerakan selanjutnya sama seperti di atas.


  4.   Ke Belok Kanan / Kiri Maju Jalan :
a.                  Aba-aba : ” Belok kanan / kiri maju - JALAN ”
b.                  Pelaksanaan :       
1.                  Penjuru merubah arah 900 ke kanan / kiri dan mulai berjalan ke arah tertentu.
2.                  Anggota lainnya mengikuti.

j.   Perubahan Arah Dari Berjalan ke Berjalan
1.              Ke Hadap Kanan / Kiri Maju Jalan.
2.              Ke Hadap Serong Kanan / Kiri Maju Jalan.
3.              Ke Balik kanan maju jalan.
a.       Aba-aba disesuaikan
b.      Pelaksanaan :
ü  Aba-aba pelaksanaan jatuh pada waktu kaki kanan / kiri jatuh di tanah, di tambah satu langkah.
ü  Melakukan gerakan-gerakan hadap kanan / kiri hadap serong kanan / kiri, balik kanan / kiri.
ü  Gerakan selanjutnya, pada hitungan ke tiga kaki kanan / kiri tidak dirapatkan, tetapi dilangkahkan.
4.              Ke Belok Kanan / Kiri
a.   Aba-aba : ” Belok kanan / Kiri – JALAN ”
b.   Pelaksanaan :
ü  Pada saat kaki kanan / kiri jatuh di tanah, ditambah satu langkah.
ü  Penjuru depan merubah arah 900 ke kanan / kiri dan mulai jalan ke arah yang baru.
ü  Anggota lainnya mengikuti.
                        Catatan :
                              1.   a.   Aba-aba : ” Dua kali belok kanan / kiri – JALAN ”
                                    b.   Pelaksanaan :
ü  Pada saat kaki kanan / kiri jatuh di tanah, di tambah satu langkah.
ü  Setelah dua langkah berjalan, kemudian melakukan gerakan belok kanan / kiri – jalan.

       2.   a.  Aba-aba : ” Tiap-tiap banjar dua kali belok kanan / kiri - JALAN”
                                     b.  Pelaksanaan :
ü  Pada saat kaki kanan / kiri jatuh di tanah, di tambah satu langkah.
ü  Setelah dua langkah berjalan, tiap-tiap banjar melakukan belok kanan / kiri, pada tempat dimana aba- aba di berikan.
ü  Perubahan arah 1800.

k.  Perubahan Arah Dari Berjalan ke Berhenti

1.                   Ke hadap kanan / kiri berhenti
2.                   Ke hadap serong kanan / kiri berhenti
3.                   Ke balik kanan berhenti
      a.   Aba-aba           +  Hadap kanan / kiri – henti GERAK
                        +  Hadap serong kanan / kiri henti GERAK
                        +  Balik kanan henti – GERAK
      b.  Pelaksanaan :
ü  Aba-aba pelaksanaan jatuh pada kaki kanan / kiri jatuh di tanah, di tambah satu tanah.
ü  Melakukan hadap kanan / kiri, hadap serong kanan / kiri, balik kanan.
ü  Pada hitungan ketiga, kaki kanan / kiri di rapatkan,kembali ke sikap sempurna.






l.  Haluan Kanan / Kiri

Gerakan ini hanya dalam bentuk bersaf, guna merubah arah tanpa merubah bentuk.
1.  Berhenti ke Berhenti
a.   Aba-aba : ” Halauan Kanan / kiri – JALAN ”
b.   Pelaksanaan :
ü  Pada aba-aba pelaksanaan, penjuru kanan / kiri jalan di tempat,dengan merubah arah secara perlahan-lahan sampai 900.
ü  Bersamaan dengan ini saf mulai maju, sambil meluruskan safnya, hingga merubah arah 900, kemudian berjalan di tempat.
ü  Setelah penjuru kanan / kiri melihat safnya telah lurus, ia memberi isyarat ” LURUS ”.
ü  Kemudian Komandan memberi aba-aba Henti – Gerak .

          2.   Berhenti ke Berjalan
a.   Aba-aba : ” Haluan kanan / kiri maju – Jalan ”
b.  Pelaksanaan :
ü  Gerakan seperti tersebut di atas
ü  Setelah aba-aba ” Maju – Jalan ” ,pasukan mulai berjalan.( aba-aba di berikan Komandan ).

3.   Berjalan ke Berhenti
a.  Aba-aba : ” Haluan kanan / kiri – jalan ”
b.  Pelaksanaan :
ü  Pada saat kaki kanan / kiri jatuh di tanah, di tambah satu langkah.
ü  Setelah penjuru kanan/kiri melihat safnya telah lurus, ia memberi isyarat ”LURUS”.
ü  Pelatih memberi aba-aba ” Henti – Jalan ”

4.   Berjalan ke Berjalan
               a.   Aba-aba : ” Haluan kanan / kiri maju - Jalan ”
         b.   Pelaksanaan :
ü  Pada saat kaki kanan / kiri jatuh di tanah, di tambah satu langkah.
ü  Setelah penjuru kanan/kiri melihat safnya telah lurus, ia memberi isyarat ”LURUS”.
ü  Pelatih memberi aba-aba ” Maju – Jalan ”
ü  Seluruhnya melaksanakan berjalan.

m. Melintang Kanan / Kiri

Gerakan ini di lakukan dalam bentuk berbanjar, guna merubah bentuk pasukan menjadi bersaf dengan arah tetap.
1.      Berhenti ke Berhenti
      a.   Aba-aba ” Melintang kanan / kiri – Jalan ”
      b.   Pelaksanaan :
      Setelah aba-aba pelaksanaan, melakukan gerakan hadap kanan / kiri, kemudian barisan mebuat gerakan Haluan kiri / kanan.
     
2.   Berhenti ke Berjalan
a.   Aba-aba : Melintang kanan / kiri maju – Jalan ”
b.   Pelaksanaan :
ü  Setelah aba-aba pelaksanaan, melakukan gerakan hadap kanan / kiri kemudian barisan membuat gerakan haluan kanan / kiri.
ü  Setelah beri aba-aba Maju – Jalan,barisan malakukan gerakan maju jalan.

3.   Berjalan ke Berjalan
      a.   Aba-aba : ” Melintang Kanan / kiri Maju-Jalan ”
      b.   Pelaksanaan :
ü  Setelah aba-aba pelaksanaan dan ditambah satu langkah barisan melakukan haluan kiri / kanan.
ü  Setelah beri aba-aba Maju – Jalan,barisan malakukan gerakan maju jalan.

4.   Berhenti ke Berhenti
      a.   aba-aba : ” Melintang kanan / kiri – Jalan ”
      b.   Pelaksanaan :
ü  Setelah aba-aba pelaksanaan dan ditambah satu langkah barisan melakukan haluan kiri / kanan.
Setelah aba-aba Henti – Gerak, seluruhnya kembali ke sikap sempurna 




terimaksih sudah liat panduan nya :)