Minggu, 01 Oktober 2017

membuat table dalam bentuk html

<html>
<head>
<title> penggunaan latar belakang warna</title>
</head>
<body background="tulips.jpg">
<h1> saya sedang belajar desain web</h1>
<h2> saya sedang belajar desain web</h1>
<h3> saya sedang belajar desain web</h1>
<h4> saya sedang belajar desain web</h1>
<h5> saya sedang belajar desain web</h1>
<h6> saya sedang belajar desain web</h1>
<head>
<title> membuat table</title>
</head>
<body>
<table with="50%" border="1" rules=ALL>
<tr>
<th bgcolor="red">kolom 1</th>
<th bgcolor="yellow">kolom 2</th>
<th bgcolor="green">kolom 3</th>
<th bgcolor="blue">kolom 4</th></tr>
<tr>
<td align="center">baris 2</td>
<td align="center">baris 2</td>
<td align="center">baris 2</td>
<td align="center">baris 2</td></tr>
<tr>
<td align="center">baris 3</td>
<td align="center">baris 3</td>
<td align="center">baris 3</td>
<td align="center">baris 3</td></tr>
</table>
<table width="500"border="1">
<tr>
<th scope="col">Benua</th>
<th scope="col">Negara</th></tr>
<tr>
<td rowspan="4">Asia</th>
<td>Arab saudi</td></tr>
<tr>
<td>india </td></tr>
<tr>
<td>indonesia </td></tr>
<tr>
<td>singapore</td></tr>
<td rowspan="4">Eropa</th>
<td>Belanda</td></tr>
<tr>
<td>Italia</td></tr>
<td>Inggris</td></tr>
<td>Jerman</td></tr>
</table>
<table border=3>
<tr>
<td>kolom 1 baris 2</td>
<td>kolom 2 baris 1</td></tr>
<tr>
<td>kolom 1 baris 2</td>
<td>
<table border=2>
<tr>
<td>kolom 1 baris 1</td>
<td>kolom 2 baris 1</td></tr>
<td>kolom 1 baris 2</td>
<td>kolom 2 baris 2</td></tr>
<tr>
<td>kolom 1 baris 3</td>
<td>kolom 2 baris 3</td></tr>
</table>
</td>
</table>

</td>
</table>
<table width="500"border="1">
<table border=4>
<tr>
<td bgcolor="red">makanan</td>
<td align="center">nasi goreng</td>
</tr>
<tr>
<td bgcolor="green"> bahan bahan </td>
<td>
<table border=4>
<td>cabe</td>
<td>bawang merah </td>
<td> bawang putih </td>
<td>kemiri</td>
</tr>
<tr>
<td>garam</td>
<td>penyedap rasa</td>
<td>kecap manis</td>
<td> kecap ikan </td>
<tr>
<td>telur</td>
<td>minyak sayur</td>
<td>cabai</td>
<td>garam</td>

<tr>
</tr>
</table>
</td>
</table>
<table width="500"border="1">
<table border=4>
<tr>
<td bgcolor="red">es campur</td>
<td align="center">sop buah</td>
</tr>
<tr>
<td bgcolor="green"> bahan bahan </td>
<td>
<table border=4>
<td> es batu </td>
<td> sirup </td>
<td> susu kental manis </td>
<td>air gula</td>
</tr>
<tr>
<td>melon</td>
<td>apel</td>
<td>anggur</td>
<td> buah naga </td>
<tr>
</tr>
<tr>
<td>pepaya</td>
<td>leci</td>
<td>mangga</td>
<td>nangka</td>
</tr>
</table>
</td>
</table>
</body>
</html>

membuat biodata dalam bentuk html

<html>
<head>
<title>curriculum vitae Yunita fibriani</title>
</head>
<body bgcolor="green">
<h1><font size=5>identitas diri</font</h1>
<hr color="red" size=5>
<table border=4>
<tr>
<td>Name</hd>
<td>Yunita Fibriani</td>
<td rowspan=8><img src ="lol.jpg" width="200"></td>
</tr>
<tr>
<td>Jenis kelamin</td>
<td>PEREMPUAN</td></tr>
<tr>
<td>Tempat tanggal lahir</td>
<td>tangerang 01 juni 2000</td></tr>
<tr>
<td>Berat/  Tinggi Badan</td>
<td>50/ 162cm</td></tr>
<tr>
<td>Alamat</td>
<td>perum.villa tatira blok D 22 No 7</td></tr>
<tr>
<td>Nomor telepon</td>
<td>083873450119</td</tr>
<tr>
<td>Alamat website</td>
<td>yunitafibriani.blogspot.com</td></tr>
<tr>
<td>Alamat Email</td>
<td>yunitaf737@gmail.com</td></tr>
<tr>
</table>
<h2><font size=5>Latar Belakang Pendidikan</font></h2>
<hr color="red"size=5>
<table border=4>
<tr>
<td>Tahun</td>
<td>Tempat Pendidikan</td></tr>
<tr>
<td>2015/2018</td>
<td>SMKN 8 KAB.TANGERANG</td></tr>
<tr>
<td>2012-2015</td>
<td>SMPN 1 TIGARAKSA</td></tr>
<tr>
<td>2006-2011</td>
<td>SDN JAMBE 1</td></tr>
</table>
<h3><font size=5>Keahlian personal</font></h3>
<hr color="red" size=5>
<pre>
<li><font size=4 face=arial>arial bahasa inggris(penulisan maupun berbicara)</font></li>
<li><font size=4 face=arial>keahlian komputer (programing, Web, Design grafis, Animasi)</font></li>
</pre>
<br>
<br>
<A Href="file:///C:/Users/User/Desktop/Tes/Tes2.html"><font size>4 face=arial>Halaman Berikutnya</A>
<head>
<title>latihan 35</title></head>
<body>
<form name=form_jenis kelamin>jenis kelamin:<br>
<input name=gender type=radio checked>
laki-laki<br>
<input name=gender type=radio>perempuan
</form>
</body>
</html

Rabu, 12 April 2017

sejarah singkat paskibra sekolah



BUKU PANDUAN PASKIBRA SEKOLAH


BAB 1

KEORGANISASIAN PASKIBRA DAN PASKIBRAKA
  1. PASKIBRA
Merupakan kegiatan ekstrakurikuler yang bertujuan untuk memupuk semangat kebangsaan, cinta tanah air dan bela negara, kepeloporan dan kepemimpinan, berdisiplin dan berbudi pekerti luhur dalam rangka pembentukan character building generasi muda Indonesia.
Peserta kegiatan ini adalah siswa / siswi yang berminat / memiliki rasa ingin mempelajari kegiatan ekstrakuriluler paskibra. Salah satu kegiatan ekstrakurikuler ini adalah mempelajari praktek baris-berbaris (PBB) dan bagaimana mengibarkan / menurunkan Bendera pada setiap Upacara rutin di sekolah atau memperingati hari Proklamasi pada tanggal 17 Agustus dan upacara bendera hari besar nasional lainnya.
SEARAH PASKIBRA Pembentukan Pasukan Pengerek Bendera Pusaka Tahun 1967 dan 1968
Tahun 1967, Hussein Mutahar dipanggil Presiden Suharto untuk menangani lagi masalah Pengibaran Bendera Pusaka. Dengan ide dasar dari pelaksanaan tahun 1946 di Yogjakarta, beliau kemudian mengembangkan lagi formasi pengibaran menjadi 3 kelompok, yaitu:
•           Kelompok 17 / PENGIRING (PEMANDU)
•           Kelompok 8 / PEMBAWA (INTI)
•           Kelompok 45 / PENGAWAL
Ini merupakan simbol dari tanggal Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945 (17-8-45). Pada waktu itu dengan situasi kondisi yang ada, beliau melibatkan putra daerah yang ada di jakarta dan menjadi anggota Pandu/Pramuka untuk melaksanakan tugas Pengibaran Bendera Pusaka.
Semula rencana beliau untuk kelompok 45 (pengawal) akan terdiri dari para Mahasiswa AKABRI (Generasi Muda ABRI). Usul lain menggunakan anggota Pasukan Khusus ABRI (seperti RPKAD, PGT, MARINIR dan BRIMOB) juga tidak mudah, akhirnya diambil dari Pasukan Pengawal Presiden (PASWALPRES) yang mudah dihubungi dan sekaligus mereka bertugas di Istana Negara Jakarta.
Pada 17 Agustus 1968, petugas pengibar Bendera Pusaka adalah para pemuda utusan propinsi. Tetapi propinsi-propinsi belum seluruhnya mengirimkan utusan sehingga masih harus ditambah oleh ex-anggota pasukan tahun 1967.
5 Agustus 1969 di Istana Negara Jakarta berlangsung upacara penyerahan duplikat Bendera Pusaka Merah Putih dan reproduksi Naskah Proklamasi oleh Presiden Suharto kepada Gubernur/Kepala Daerah Tingkat I seluruh Indonesia.
Bendera duplikat ( dari 6 carik kain ) mulai dikibarkan menggantikan Bendera Pusaka pada peringatan Hari Ulang Tahun Proklamasi Kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1969 di Istana Merdeka Jakarta, sedangkan Bendera Pusaka bertugas mengantar dan menjemput bendera duplikat yang dikibar/diturunkan.
Pada tahun itu resmi anggota PASKIBRAKA adalah para remaja siswa SMA se-tanah air Indonesia yang merupakan utusan dari 26 propinsi di Indonesia, dan tiap propinsi diwakili oleh sepasang remaja.
Dari tahun 1967 sampai tahun 1972 anggota yang terlibat masih dinamakan sebagai anggota “Pengerek Bendera”.
Pada 1973 Idik Sulaeman melontarkan suatu nama untuk Pengibar Bendera Pusaka dengan sebutan PASKIBRAKA. PAS berasal dari PASukan, KIB berasal dari KIBar mengandung pengertian PENGIBAR, RA berarti BendeRA dan KA berarti PusaKA, mulai saat itu singkatan anggota pengibar bendera pusaka adalah PASKIBRAKA.
  1. PASKIBRAKA
  2. Pengertian Paskibraka
PASKIBRAKA ( Pasukan Pengibar Bendera Pusaka ) merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memupuk semangat kebangsaan, cinta tanah air dan bela negara, kepeloporan dan kepemimpinan, berdisiplin dan berbudi pekerti luhur dalam rangka pembentukan character building generasi muda Indonesia.
Peserta kegiatan ini adalah pria dan wanita yang telah terpilih untuk mewakili propinsinya dalam acara pengibaran dan penurunan Bendera Pusaka (duplikat) pada Upacara Kenegaraan 17 Agustus dalam rangka Peringatan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.
  1. Sejarah PaskibraKA
Sejarah Paskibraka, dimulai 17 Agustus 1950, saat pertama kali peringatan HUT Proklamasi Kemerdekaan dilaksanakan, setelah Presiden Sukarno hijrah dari Yogyakarta. Namun sebenarnya, dalam peringatan skala kecil pada 1946 silam, kegiatan ini sudah dilaksanakan di Gedung Agung, Yogyakarta .
Tata cara penaikan dan penurunan Bendera Pusaka, pertama kali disusun oleh ajudan Presiden Sukarno, Husen Mutahar. Kemudian pada 1967, Husen yang waktu itu menjabat Direktur Jenderal Urusan Pemuda dan Pramuka Dinas Pendidikan dan Kebudayaan di masa pemerintahan Soeharto, juga menerima tugas yang sama. Formasi Paskibraka, diambil dari tanggal, bulan dan tahun dibacakannya Proklamasi kemerdekaan_RI.
  1. Persyaratan Menjadi Anggota Paskibraka
Untuk menjadi calon anggota Paskibraka, diperlukan beberapa persyaratan. Syaratnya, memiliki tubuh sehat, tinggi badan minimal 170 sentimeter untuk putra, dan 165 sentimeter untuk putri. Mereka juga harus memiliki nilai akademis yang baik, serta aktif berorganisasi.
Seleksi penerimaannya dilakukan secara berjenjang, mulai dari tingkat kota/kabupaten, provinsi hingga nasional. Dan, yang bertugas pada upacara tahun ini, terdiri dari 64 orang, perwakilan 32 provinsi. Mereka sudah menjalani latihan fisik dan mental selama 27 hari. Pelatihnya sebagian besar adalah anggota TNI/Polri.
  1. Aklaq
  1. Mental dan moral dapat di pertanggung jawabkan
  2. Mentaati kewajiban agama yang di anutnya
  3. Berbudi pekerti luhur dan bertingkah laku yang baiK
  1. Kepribadian
    1. Ramah dan pandai bergaul
    2. Bersahaja, sopan dan berdisiplin
    3. Kesehatan
    4. Tidak berkaca mata
    5. Tegap dan tidak cacat badan
    6. Tinggi badan :
  • Putra Minimal : 170 cm
  • Putri Minimal : 165 cm
  1. Berpenampilan segar, menarik dan selalu ceria.
  1. Tahap Seleksi Calon Anggota Paskibraka
Semua calon akan di pilih dari sekolah tingkat SLTA lalu mengikuti seleksi tingkat II.
Sekolah – Kecamatan – Kabupaten – Propinsi – Nasional
C.   PERLENGKAPAN PASKIBRA DAN PASKIBRAKA
  1. Dinas Upacara ( PDU )
Terdiri atas 4 bagian :
  1. Di gunakan untuk upacara = PDU I
  2. Di gunakan pada acara resmi = PDU II
  3. Pakaian pola biasa     = PDU III
  4. Pakaian biasa         = PDU IV
  5. Lencana Merah Putih Garuda
Merupakan suatu tanda yang diberikan kepada seorang Paskibra yang telah mengikuti massa latihan, pemusatan latihan, dan pelantikan / pengukuhan serta sebagai identitas diri seorang Paskibra.
  • Persyaratan Memiliki lencana Merah Putih Garuda
  1. Telah mengikuti masa latihan
  2. Telah mengikuti masa orientasi
  3. Mengikuti pelantikan / pengukuhan
  • Tingkatan Warna Dasar Lencana Merah Putih Garuda ( MPG )
  1. Gambar Burung Garuda sebagai ideologi Pancasila
  2. Warna putih di gunakan untuk kalangan SMP.
  3. Warna hijau di gunakan untuk kalangan SLTA.
  4. Warna merah di gunakan untuk kalangan PASKIBRAKA.
  5. Warna ungu di gunakan untuk kalangan pembina PASKIBRAKA.
  6. Warna kuning di gunakan untuk kalangan senior atau pembina PASKIBRAKA yang mempunyai prestasi dalam bidang kepemudaan di tingkat PASKIBRAKA.
    • Perlakuan Terhadap Lencana Merah Putih Garuda
  7. Lencana jangan sampai di hilangkan
  8. Lencana harus dalam keadaan terawat
  9. Lencana tidak boleh di letakan sembarangan
  10. Lencana tidak boleh di perlakukan sembarangan
  1. HALENTRI PASKIBRA
Halentri adalah tata cara kehidupan sehari – hari seorang Paskibra
  1. Pelaksanaan Penghormatan Militer ( PPM )
Merupakan suatu penghormatan yang di berikan junior kepada seorang senior, waktu dalam latihan maupun di luar latihan. Waktu PPM dari pukul 08.00 s/d 18.00 WIB. Jika sudah lewat dari batas yang sudah di tentukan cukup dengan mengucapkan ” salam ”.
  1. Halentri Di Jalan
  2. Jika bertemu yang lebih tua sapalah terlebih dahulu
  3. Bersikap ramah ( tidak menentang )
  4. Jika di ajak bicara tataplah wajahnya dan pandangan tetap lurus ke depan, jangan membuang pandangan / muka.
  5. Jika terburu – buru mintalah permisi.
  1. Halentri Bertamu
  1. Ketuklah pintu terlebih dahulu sambil mengucapkan salam sebelum memasuki ruangan.
  2. Jangan masuk sebelum di persilahkan masuk.
  3. Katakan maksud dan tujuan kita.
  4. Jangan duduk sebelum di persilahkan duduk terlebih dahulu dan ambilah sikap duduk yang baik.
  5. Jangan sekali – kali memegang meja.
  6. Uraikan maksud dan tujuan kita.
  7. Setiap di ajak bicara jangan memalingkan pandangan dan mengalihkan pembicaraan.
  8. Jika di beri pertanyaan jawablah dengan tegas dan jelas serta sopan ( jangan menjawab dengan menggunakan kepala ).
  9. Bicaralah dengan baik dan sopan.
  10. Jika sudah selesai ucapkan salam dan kembalikan kursi pada posisi semula.
  • Halentri Makan
  1. Waktu makan posisi tubuh tegak.
  2. Sendok di pegang oleh tangan kanan dan garpu di pegang oleh tangan kiri.
  3. Cara memegang sendok dan garpu sama dengan memegang pena.
  4. Diwaktu sedang makan tidak ada yang bicara.
  5. Sebelum dan sesudah makan selalu membaca do’a.
BAB II
TUB
ARTI
Tata      : mengatur, menata, menyusun
Upa       : rangkaian
Cara      : tindakan, gerakan
Tata Upacara Bendera adalah :
  1. Merangkaikan suatu tindakan atau gerakan dengan susunan secara baik dan benar.
  2. Tindakan atau gerakan yang dirangkaikan serta ditata dengan tertib dan disiplin.
Jadi Tata Upacara Bendera adalah tindakan dan gerakan yang dirangkaikan dan ditata dengan tertib dan disiplin. Pada hakekatnya upacara bendera adalah pencerminan dari nilai-nilai budaya bangsa yang merupakan salah satu pancaran peradaban bangsa, hal ini merupakan ciri khas yang membedakan dengan bangsa lain.
Sajarah
Sejak zaman nenek moyang bangsa Indonesia telah melaksanakan upacara, upacara selamatan kelahiran, upacara selamatan panen.
DASAR HUKUM
  1. UUD 1945.
  2. UU No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
  3. Inpres No. 14 tahun 1981  ( 1 Desember 1981 ) tentang Urutan Upacara Bendera.
MAKSUD DAN TUJUAN
  1. untuk memperoleh suasana yang khidmat, tertib, dan menuntut pemusatan perhatian dari
seluruh peserta, maka disusunlah petunjuk pelaksanaan kegiatan ini.
  1. menjadikan sekolah memiliki situasi yang dinamis dalam segala aspek kehidupan bagi para siswa, guru, pembina dan kepala sekolah. Sehingga sekolah memiliki daya kemampuan dan ketangguhan terhadap gangguan-gangguan negatif baik dari dalam maupun luar sekolah, yang akan dapat mengganggu kelancaran proses belajar mengajar di sekolah.
PEJABAT UPACARA
  1. Pembina Upacara
  2. Pemimpin Upacara
  3. Pengatur Upacara
  4. Pembawa Upacara
PETUGAS UPACARA
  1. Pembawa Naskah Pancasila
  2. Pembaca Teks Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
  3. Pembaca Do’a
  4. Pemimpin Lagu
  5. Kelompok Pengibar / Penurun Bendera
  6. Kelompok Pembawa Lagu
  7. Pemimpin kelompok kelas / regu
  8. Cadangan tiap perangkat
PERLENGKAPAN UPACARA
  1. Bendera Merah Putih
Ukuran perbandingan 2 : 3
Ukuran terbesar 2 X 3 meter
Ukuran terkecil 1 X 1,5 Meter
  1. Tiang Bendera
Minimal 5 meter maksimal 17 meter
Perbandingan bendera dengan tiang 1 : 7
Ukuran yang ideal untuk sekolah tingkat SMP 7 – 8 meter
  1. Tali Bendera
Diusahakan tali yang digunakan adalah tali layar ( tali kalimetal )dan bukan tali plastik
Dan tali harus berwarna putih
  1. Naskah-naskah
Intinya naskah harus terlihat selalu bersih
  1. Pancasila
  2. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
  3. Naskah Do’a
  4. Naskah Acara
SUSUNAN BARISAN UPACARA
  1. Bentuk Barisan Satu Garis
Suatu bentuk barisan disusun  dalam satu garis dan menghadap ke pusat Upacara, dengan formasi :
  • Shaf Bershaf
  • Banjar Bershaf
  1. Bentuk barisan “ U “ / Angkare
Suatu barisan yang disusun dalam bentuk huruf “ U “ atau Angkare dan menghadap ke pusat Upacara, dengan formasi :
  • Shaf Bershaf
  • Banjar bershaf
  1. Bentuk Barisan “ L “
  • Shaf Bershaf
  • Banjar Bershaf
Catatan :
Susunan Barisan Upacara diatas adalah suatu bentuk yang ideal, tetapi hal tersebut dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi lapangan upacara yang tersedia.

jangan lupa nonton paskibra kita ya klik link dibawah ini

Selasa, 14 Maret 2017

SEJARAH PANDAWA

Pandawa kata daripada bahasa Sanskerta (Dewanagari: पाण्डव; Pāṇḍava), yang secara harfiah berarti anak Pandu (Dewanagari: पाण्डुIASTPāṇḍu), yaitu salah satu Raja Hastinapura dalam wiracarita Mahabharata. Dengan demikian, maka Pandawa merupakan putra mahkota kerajaan tersebut. Dalam wiracarita Mahabharata, para Pandawa adalah protagonis sedangkan antagonis adalah para Korawa, yaitu putera Dretarastra, saudara ayah mereka (Pandu). Menurut susastra Hindu (Mahabharata), setiap anggota Pandawa merupakan penjelmaan (penitisan) dari Dewa tertentu, dan setiap anggota Pandawa memiliki nama lain tertentu. Misalkan nama "Werkodara" arti harfiahnya adalah "perut serigala". Kelima Pandawa menikah dengan Dropadi yang diperebutkan dalam sebuah sayembara di Kerajaan Panchala, dan memiliki (masing-masing) seorang putera darinya.
Para Pandawa merupakan tokoh penting dalam bagian penting dalam wiracarita Mahabharata, yaitu pertempuran besar di daratan Kurukshetra antara para Pandawa dengan para Korawa serta sekutu-sekutu mereka. Kisah tersebut menjadi kisah penting dalam wiracarita Mahabharata, selain kisah Pandawa dan Korawa main dadu.

Daftar isi

  • Yudistira penitisan dari Dewa Yama, dewa akhirat;
  • Bima penitisan dari Dewa Bayu, dewa angin;
  • Arjuna penitisan dari Dewa Indra, dewa perang;
  • Nakula dan Sadewa penitisan dari dewa kembar Aswin, dewa pengobatan.
  •  

    Yudistira

    Yudistira merupakan saudara para Pandawa yang paling tua. Ia merupakan penjelmaan dari Dewa Yama dan lahir dari Kunti. Sifatnya sangat bijaksana, tidak memiliki musuh, dan hampir tak pernah berdusta seumur hidupnya. Memiliki moral yang sangat tinggi dan suka mema’afkan serta suka mengampuni musuh yang sudah menyerah. Memiliki julukan Dhramasuta (putera Dharma), Ajathasatru (yang tidak memiliki musuh), dan Bhārata (keturunan Maharaja Bharata). Ia menjadi seorang Maharaja dunia setelah perang akbar di Kurukshetra berakhir dan mengadakan upacara Aswamedha demi menyatukan kerajaan-kerajaan India Kuno agar berada di bawah pengaruhnya. Setelah pensiun, ia melakukan perjalanan suci ke gunung Himalaya bersama dengan saudara-saudaranya yang lain sebagai tujuan akhir kehidupan mereka. Setelah menempuh perjalanan panjang, ia mendapatkan surga.

    Bima

    Bima merupakan putra kedua Kunti dengan Pandu. Nama bhimā dalam bahasa Sanskerta memiliki arti "mengerikan". Ia merupakan penjelmaan dari Dewa Bayu sehingga memiliki nama julukan Bayusutha. Bima sangat kuat, lengannya panjang, tubuhnya tinggi, dan berwajah paling sangar di antara saudara-saudaranya. Meskipun demikian, ia memiliki hati yang baik. Pandai memainkan senjata gada. Senjata gadanya bernama Rujakpala dan pandai memasak. Bima juga gemar makan sehingga dijuluki Werkodara. Kemahirannya dalam berperang sangat dibutuhkan oleh para Pandawa agar mereka mampu memperoleh kemenangan dalam pertempuran akbar di Kurukshetra. Ia memiliki seorang putera dari ras rakshasa bernama Gatotkaca, turut serta membantu ayahnya berperang, namun gugur. Akhirnya Bima memenangkan peperangan dan menyerahkan tahta kepada kakaknya, Yudistira. Menjelang akhir hidupnya, ia melakukan perjalanan suci bersama para Pandawa ke gunung Himalaya. Di sana ia meninggal dan mendapatkan surga. Dalam pewayangan Jawa, dua putranya yang lain selain Gatotkaca ialah Antareja dan Antasena.

    Arjuna

    Arjuna merupakan putra bungsu Kunti dengan Pandu. Namanya (dalam bahasa Sanskerta) memiliki arti "yang bersinar", "yang bercahaya". Ia merupakan penjelmaan dari Dewa Indra, Sang Dewa perang. Arjuna memiliki kemahiran dalam ilmu memanah dan dianggap sebagai ksatria terbaik oleh Drona. Kemahirannnya dalam ilmu peperangan menjadikannya sebagai tumpuan para Pandawa agar mampu memperoleh kemenangan saat pertempuran akbar di Kurukshetra. Arjuna memiliki banyak nama panggilan, seperti misalnya Dhananjaya (perebut kekayaan – karena ia berhasil mengumpulkan upeti saat upacara Rajasuya yang diselenggarakan Yudistira); Kirti (yang bermahkota indah – karena ia diberi mahkota indah oleh Dewa Indra saat berada di surga); Partha (putera Kunti – karena ia merupakan putra Perta alias Kunti). Dalam pertempuran di Kurukshetra, ia berhasil memperoleh kemenangan dan Yudistira diangkat menjadi raja. Setelah Yudistira mangkat, ia melakukan perjalanan suci ke gunung Himalaya bersama para Pandawa dan melepaskan segala kehidupan duniawai. Di sana ia meninggal dalam perjalanan dan mencapai surga.

    Nakula

    Nakula merupakan salah satu putera kembar pasangan Madri dan Pandu. Ia merupakan penjelmaan Dewa kembar bernama Aswin, Sang Dewa pengobatan. Saudara kembarnya bernama Sadewa, yang lebih kecil darinya, dan merupakan penjelmaan Dewa Aswin juga. Setelah kedua orangtuanya meninggal, ia bersama adiknya diasuh oleh Kunti, istri Pandu yang lain. Nakula pandai memainkan senjata pedang. Dropadi berkata bahwa Nakula merupakan pria yang paling tampan di dunia dan merupakan seorang ksatria berpedang yang tangguh. Ia giat bekerja dan senang melayani kakak-kakaknya. Dalam masa pengasingan di hutan, Nakula dan tiga Pandawa yang lainnya sempat meninggal karena minum racun, namun ia hidup kembali atas permohonan Yudistira. Dalam penyamaran di Kerajaan Matsya yang dipimpin oleh Raja Wirata, ia berperan sebagai pengasuh kuda. Menjelang akhir hidupnya, ia mengikuti pejalanan suci ke gunung Himalaya bersama kakak-kakaknya. Di sana ia meninggal dalam perjalanan dan arwahnya mencapai surga.

    Sadewa

    Sadewa merupakan salah satu putera kembar pasangan Madri dan Pandu. Ia merupakan penjelmaan Dewa kembar bernama Aswin, Sang Dewa pengobatan. Saudara kembarnya bernama Nakula, yang lebih besar darinya, dan merupakan penjelmaan Dewa Aswin juga. Setelah kedua orangtuanya meninggal, ia bersama kakaknya diasuh oleh Kunti, istri Pandu yang lain. Sadewa adalah orang yang sangat rajin dan bijaksana. Sadewa juga merupakan seseorang yang ahli dalam ilmu astronomi. Yudistira pernah berkata bahwa Sadewa merupakan pria yang bijaksana, setara dengan Brihaspati, guru para Dewa. Ia giat bekerja dan senang melayani kakak-kakaknya. Dalam penyamaran di Kerajaan Matsya yang dipimpin oleh Raja Wirata, ia berperan sebagai pengembala sapi. Menjelang akhir hidupnya, ia mengikuti pejalanan suci ke gunung Himalaya bersama kakak-kakaknya. Di sana ia meninggal dalam perjalanan dan arwahnya mencapai surga.

    Riwayat singkat

    Para Pandawa Lima menurut tradisi pewayangan Jawa. Dari Kiri ke kanan: Werkodara, Arjuna, Yudistira, Nakula dan Sadewa.

    Masa kanak-kanak

    Pandawa lima yang terdiri atas Yudistira, Arjuna, Bima, Nakula dan Sadewa, memiliki saudara yang bernama Duryodana dan 99 adiknya yang merupakan anak dari Dretarasta, saudaranya Prabu Pandudewanata yang tak lain adalah ayah dari Pandawa. Mereka semua (Pandawa lima dan sepupu-sepupunya atau yang dikenal juga sebagai Korawa) tinggal bersama dalam suatu kerajaan yang beribukota di Hastinapura. Suatu hari Duryodana berpikir ia bersama adiknya mustahil untuk dapat meneruskan tahta dinasti Kuru apabila sepupunya masih ada. Akhirnya berbagai niat jahat muncul dalam benaknya untuk menyingkirkan para Pandawa beserta ibunya.

    Usaha pertama untuk menyingkirkan Pandawa

    Dretarastra yang menggantikan tahta kerajaan yang sebelumnya dipimpin oleh Prabu Pandudewanata menyerahkan kembali tahta kerajaan Astina kepada putra sulung Prabu Pandu Yudistira sebagai putra mahkota tetapi ia langsung menyesali perbuatannya yang terlalu terburu-buru sehingga ia tidak memikirkan perasaan anaknya. Hal ini menyebabkan Duryodana iri hati dengan Arjuna, ia mencoba untuk membunuh para Pandawa beserta ibu mereka yang bernama Kunti. Rencana tersebut dipelopori oleh Pamannya Harya Suman / Sengkuni dengan mengajak tukang kayu kerajaan untuk membuat tempat pesta dari bahan yang mudah terbakar. Pada saat pesta, Kunthi dan para Pandawa Lima disuruh minum air yang sudah dimasuki obat tidur, dan dibakarlah lokasi pesta tersebut. Segala sesuatunya yang sudah direncanakan Duryodana dibocorkan oleh Widura yang merupakan paman dari Pandawa. Sebelum itu juga Bima juga telah diingatkan oleh seorang petapa yang datang ke dirinya bahwa akan ada bencana yang menimpannya oleh karena itu Bima pun sudah berwaspada terhadap segala kemungkinan. Untuk pertama kalinya Bima membawa ibunya Kunthi dan keempat saudaranya lolos dalam perangkap Duryodana dan melarikan diri ke hutan rimba.

    Para Pandawa mendapatkan Dropadi

    Ilustrasi sayembara memperebutkan Dropadi di Kerajaan Panchala.
    Pandawa lima yang melarikan diri ke rimba mengetahui akan diadakan sayembara di Kerajaan Panchala dengan syarat, barang siapa yang dapat membidik sasaran dengan tepat boleh menikahkan putri Raja Panchala (Drupada) yang bernama Panchali atau Dropadi. Arjuna pun mengikuti sayembara itu dan berhasil memenangkannya, tetapi Bima dan Arjuna yang berkata kepada ibunya ketika ibunya tengah memasak, "Ibu, kami membawa sedekah yang terbaik!" Kunti, menjawab tanpa melihat, "Bagilah sama rata kepada saudaramu, Nak." Karena perkataan ibunya. Pancali pun bersuamikan lima orang.

    Permainan dadu dan pengasingan

    Dropadi dihina dimuka umum.
    Adegan Dropadi ditelanjangi oleh Dursasana.
    Setelah Pandawa mendapatkan Dropadi, Pandawa kembali ke Hastinapura. Agar tidak terjadi pertempuran sengit, Kerajaan Kuru dibagi dua untuk dibagi kepada Pandawa dan Korawa. Korawa memerintah Kerajaan Kuru induk (pusat) dengan ibukota Hastinapura, sementara Pandawa memerintah Kerajaan Kurujanggala dengan ibukota Indraprastha. Baik Hastinapura maupun Indraprastha memiliki istana megah, dan di sanalah Duryodana tercebur ke dalam kolam yang ia kira sebagai lantai, sehingga dirinya menjadi bahan ejekan bagi Dropadi. Hal tersebut membuatnya bertambah marah kepada para Pandawa.
    Untuk merebut kekayaan dan kerajaan Yudistira, Duryodana mengundang Yudistira untuk main dadu ini atas ide Sangkuni, hal ini dilakukan sebenarnya untuk menipu Pandawa mengundang Yudistira untuk main dadu dengan taruhan. Yudistira yang gemar main dadu tidak menolak undangan tersebut dan bersedia datang ke Hastinapura.
    Pada saat permainan dadu, Duryodana diwakili oleh Sangkuni sebagai bandar dadu yang memiliki kesaktian untuk berbuat curang. Permulaan permainan taruhan senjata perang, taruhan pemainan terus meningkat menjadi taruhan harta kerajaan, selanjutnya prajurit dipertaruhkan, dan sampai pada puncak permainan Kerajaan menjadi taruhan, Pandawa kalah habislah semua harta dan kerajaan Pandawa termasuk saudara juga dipertaruhkan dan yang terakhir istrinya Dropadi dijadikan taruhan.
    Dalam peristiwa tersebut, karena Dropadi sudah menjadi milik Duryodana, pakaian Dropadi ditarik oleh Dursasana karena sudah menjadi harta Duryodana sejak Yudistira kalah main dadu, namun usaha tersebut tidak berhasil membuka pakaian Dropadi, karena setiap pakaian dibuka dibawah pakaian ada pakaian lagi begitu terus tak habisnya berkat pertolongan gaib dari Sri Kresna.
    Karena istrinya dihina, Bima bersumpah akan membunuh Dursasana dan meminum darahnya kelak. Setelah mengucapkan sumpah tersebut, Dretarastra merasa bahwa malapetaka akan menimpa keturunannya, maka ia mengembalikan segala harta Yudistira yang dijadikan taruhan.
    Duryodana yang merasa kecewa karena Dretarastra telah mengembalikan semua harta yang sebenarnya akan menjadi miliknya, menyelenggarakan permainan dadu untuk yang kedua kalinya. Kali ini, siapa yang kalah harus mengasingkan diri ke hutan selama 12 tahun, setelah itu hidup dalam masa penyamaran selama setahun, dan setelah itu berhak kembali lagi ke kerajaannya. Untuk yang kedua kalinya, Yudistira mengikuti permainan tersebut dan sekali lagi ia kalah. Karena kekalahan tersebut, Pandawa terpaksa meninggalkan kerajaan mereka selama 12 tahun dan hidup dalam masa penyamaran selama setahun.
    Setelah meninggalkan kerajaan selama 12 tahun, Pandawa pun pergi ke Kerajaan Wirata selama setahun untuk penyamaran. Disana Yudistira menyamar sebagai penasihat raja, Bima sebagai juru masak istana, Arjuna sebagai penari, Nakula sebagai pengembala kuda, Sadewa sebagai pengembala sapi, dan Dropadi sebagai pelayan. Setelah masa pengasingan habis dan sesuai dengan perjanjian yang sah, Pandawa berhak untuk mengambil alih kembali kerajaan yang dipimpin Duryodana. Namun Duryodana bersifat jahat. Ia tidak mau menyerahkan kerajaan kepada Pandawa, walau seluas ujung jarum pun. Hal itu membuat kesabaran Pandawa habis. Misi damai dilakukan oleh Sri Kresna, namun berkali-kali gagal. Akhirnya, pertempuran tidak dapat dielakkan lagi.